Kadang-kadang kalau di pikir-pikir,bosan juga ya olahraganya main basket terus. Gimana kalau main sepak bola kayak anak laki-laki. Kalau anak laki-laki bisa main bola dan basket, kenapa anak perempuan nggak bisa. Ternyata pada hari Kamis itu, kami diperbolehkan main bola. Emang sih Cuma ngasal-ngasal. Tendangannya juga ngga kencang.
Kami pun ketagihan main bola dan melupakan basket. Dan pada suatu hari... Kami bermain bola untuk yg kesekian kalinya. Tapi, aku sih tetap berusaha mencetak gol. Lari-lari terus, oper ke Tasya aku maju kedepan, Tasya mengoper lagi,aku menendang ke gawang dan... meleset. Keeper (Annisa) melempar bola kembali ke lapangan. Aku terus berusaha merebut bola. Gandiz ( tim lawan ) sudah mendapatkan bolanya. Ia berposisi menjadi pemain tengah. Ia ingin mengoper pada Chiara tapi aku merebutnya.
Aku berlari sambil menggiring bola. Tasya ada di depanku. Aku pun mengopernya pada Tasya. Tasya pun menendang ke gawang dan taukah apa yg terjadi... GOL!!! Aku senang sekali. Walaupun bukan aku yg memasukkannya tapi paling tidak aku membantu prosesnya. Tapi,kesenangan itu tak berlangsung lama. Aku harus kembali bermain bola lagi. Beberapa menit kemudian.. Kami mencetak gol lagi. Jadi skornya 2-0.
Lagi lagi Tasya yg mencetak gol. Tentunya dibantu aku, Nadira, Ailycia, dan Sania. Tapi,dalam permainan sempat terjadi hand di kotak gawang 2 kali yg menyebabkan finallty, untungnya ngga masuk. Setelah bermain cukup lama, tak ada lagi yg berhasil mencetak gol.
Itu artinya kelompok kami menang. Biasa aja sih ngadepinnya. Tapi, aku tau kalau main basket atau bola biasanya selalu marahan. Tapi, aku sih ngga pernah marah sama mereka. Tapi, tetap saja meninggalkan tanda tanya besar pada diriku yaitu: Kenapa sih harus marah? Aku pun membawa minum dan menuruni tangga ( karena lap. Basket nya ada di atas). Sesampainya di kelas, aku menghabiskan sisa air minumku. Glek..Glek..Glek.. Ternyata Cuma tiga teguk. Aku pun beristirahat sebentar. Setelah itu pelajaran TPA,kami pun membaca dan menulis 2 ayat Al Qur’an. Setelah istirahat ke 2 tiba,kami pun sholat zhuhur.
Semuanya kembali seperti semula dan tak ada muka marahan lagi. Begitulah di kelasku, mereka kembali bersahabat. Namun, mungkin di beberapa anak masih ada yg menyimpan dendam di dalam hatinya.., ya mudah-mudahan mereka tidak seperti itu..
Kami pun ketagihan main bola dan melupakan basket. Dan pada suatu hari... Kami bermain bola untuk yg kesekian kalinya. Tapi, aku sih tetap berusaha mencetak gol. Lari-lari terus, oper ke Tasya aku maju kedepan, Tasya mengoper lagi,aku menendang ke gawang dan... meleset. Keeper (Annisa) melempar bola kembali ke lapangan. Aku terus berusaha merebut bola. Gandiz ( tim lawan ) sudah mendapatkan bolanya. Ia berposisi menjadi pemain tengah. Ia ingin mengoper pada Chiara tapi aku merebutnya.
Aku berlari sambil menggiring bola. Tasya ada di depanku. Aku pun mengopernya pada Tasya. Tasya pun menendang ke gawang dan taukah apa yg terjadi... GOL!!! Aku senang sekali. Walaupun bukan aku yg memasukkannya tapi paling tidak aku membantu prosesnya. Tapi,kesenangan itu tak berlangsung lama. Aku harus kembali bermain bola lagi. Beberapa menit kemudian.. Kami mencetak gol lagi. Jadi skornya 2-0.
Lagi lagi Tasya yg mencetak gol. Tentunya dibantu aku, Nadira, Ailycia, dan Sania. Tapi,dalam permainan sempat terjadi hand di kotak gawang 2 kali yg menyebabkan finallty, untungnya ngga masuk. Setelah bermain cukup lama, tak ada lagi yg berhasil mencetak gol.
Itu artinya kelompok kami menang. Biasa aja sih ngadepinnya. Tapi, aku tau kalau main basket atau bola biasanya selalu marahan. Tapi, aku sih ngga pernah marah sama mereka. Tapi, tetap saja meninggalkan tanda tanya besar pada diriku yaitu: Kenapa sih harus marah? Aku pun membawa minum dan menuruni tangga ( karena lap. Basket nya ada di atas). Sesampainya di kelas, aku menghabiskan sisa air minumku. Glek..Glek..Glek.. Ternyata Cuma tiga teguk. Aku pun beristirahat sebentar. Setelah itu pelajaran TPA,kami pun membaca dan menulis 2 ayat Al Qur’an. Setelah istirahat ke 2 tiba,kami pun sholat zhuhur.
Semuanya kembali seperti semula dan tak ada muka marahan lagi. Begitulah di kelasku, mereka kembali bersahabat. Namun, mungkin di beberapa anak masih ada yg menyimpan dendam di dalam hatinya.., ya mudah-mudahan mereka tidak seperti itu..
Bagus.... Sekali
BalasHapushe-he-he.. thanks
BalasHapus